Pembangunan berkelanjutan menjadi tantangan terbesar bagi universitas di abad modern ini. Pendidikan tinggi dituntut mampu sebagai tumpuan akselerator potensial untuk pembangunan berkelanjutan bagi generasi berikutnya.

Perguruan tinggi adalah kunci masa depan bangsa yang berkelanjutan, terang Dr Nathasamon Nantha matcha dari North Bangkok University, Thailand dalam International Seminar Innovation Issues and Challenges in Education for Education Sustainability di Kampus Pusat Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa (UST) Yogyakarta, Sabtu (25/8).

Menurut Nathasamon, pendidikan yang berkelanjutan didefinisikan sebagai proses pembelajaran transformatif yang melengkapi siswa, guru dan sistem sekolah dengan pengetahuan dan cara berpikir baru. Hal ini sangat dibutuhkan untuk mencapai kesuksesan ekonomi nasional dan kehidupan bernegara yang baik.

Direktur Program Pascasarjana Pendidikan UST Yogyakarta Prof Dr Supriyoko mengatakan, Indonesia memiliki banyak tantangan baik fisik maupun non-fisik untuk meningkatkan kualitas pendidikannya. Setidaknya ada empat tantangan yang harus mendapatkan jalan keluar, yaitu tantangan geografis, tantangan budaya, kesenjangan tingkat pendidikan dan penguasaan teknologi.

Menurut Supriyoko, di erateknologi informasi masih banyak orang Indonesia yang menganggap pendidikan tidak penting. Sedangkan terkait disparitas, masih ada perbedaan antara tingkat pendidikan orang Indonesia sendiri. Kenyataannya masih banyak orang Indonesia yang tidak lulus SD, bahkan tidak pernah bersekolah sama sekali, katanya.

Sedangkan Jose Gustavo Fallas Gamboa DEd dari University of Costa Rica mengatakan, pencapaian utama sistem pendidikan di Costa Rika yaitu Sejak 1870 pendidikan dasar diwajibkan dan digratiskan. Costa Rika mengalokasikan 7,2% PDB untuk pendidikan, sehingga tingkat melek huruf warganya sangat tinggi mencapai 97%. DEV

 Dimuat di Harian Kedaulatan Rakyat Halaman 2, Minggu Pon 26 Agustus 2018